Pada Batas Penantian Episode 3


Bagi seorang deadliner garis keras, datang awal waktu adalah sesuatu yang tak mengasikkan. Karena tak ada lagi acara kejar-kejaran dengan waktu, hati berdebar- debar takut terlambat atau jika lagi apes sekali-kali di hukum gegara terlambat. Seperti Sarah yang akan membuat temannya heran jika dia datang awal waktu. Namun ketika ada kejadian yang tak terduga baru deh Sarah merasakannya.

“Ibu, Sarah ada kegiatan ekstra di sekolah”  kata Sarah tergesa- gesa sambil memakai sepatu.
“Lho, Ilham barusan saja keluar” kata ibu
“Trus siapa yang antar Sarah ke sekolah Bu, kalo nunggu Mas Ilham Sarah terlambat nih” ucap Sarah kesal.
“Biar saya antar Bu” Kata Lukman tiba-tiba yang ternyata sejak tadi ada di beranda menunggu Lukman yang sedang keluar.

 Ibu Sarah pun mengiyakan menyerahkan anak gadisnya untuk diatar Lukman. Waktu itu Sarah kelas tiga SMP dan Lukman baru lulus SMA. Memang dulu Lukman sering main di rumah Ilham. Sebagai anak sekolah yang takut hukuman guru karena terlambat, Sarah tak menolak untuk di antar ke sekolah. Karena baginya Lukman adalah teman Mas Ilham yang cukup dekat dengan keluarga Sarah. Tapi justru sesampai sekolah, Sarah menjadi objek keusilan temannya. Kata Nina dan Yasa tipe cowok Sarah anak kuliahan.

“Cie..diantar siapa tuh?” Nina menggoda Sarah
“Temannya Mas Ilham Nin” jawab Sarah
“Temannya Mas Ilham atau teman special?” ganti Yasa yang menggoda
“Emangnya pake telor special segala?” Sarah menjawab dengan nada sewot. Bukannya kedua temannya berhenti menggoda melihat Sarah marah, tapi semakin menjadi.

Pikiran arah kembali lagi ke kamarnya yang kecil tapi nyaman itu. Seandainya Sarah jadi menikah dengan Lukman pasti kedua Nina dan Yasa tanpa ampun menngodanya. Kedua temannya hingga kini masih menjadi sahabat baiknya. Nina yang telah menikah dan memiliki satu anak sekarang di desa tetangga memuka toko kue. Sedangkan Yasa nasibnya tak seberuntung dengan Nina. Yasa telah bercerai dengan suaminya yang baru setahun dinikahinya. Kariernya yang cemerlang sebagai model ternyata tak sebaik nasibnya dalam rumah tangga.

Sarah kembali lagi dalam pergumulan pikirannya tentang Lukman. Tenggang waktu yang diberikan kepada Sarah untuk mempertimbangakan keseriusan dengan Lukman amatlah sangat berharga.

No comments:

Powered by Blogger.