Pada Batas Penantian Episode 11

Berumah tangga tak ubahnya seperti membangun sebuah rumah. Dari mulai pondasi kepercayaan sampai pada genting akad  nikah sehingga rangkaian proses pembangunan sampai pada tahap pernikahan. Tak selamanya bangunan akan menjadi sebuah rumah. Bisa juga sebelum terbangun malah hancur oleh masalah.
“Sarah, maafkan aku” suara Yandi dibalik telepon
“Ada apa?” suara Sarah penuh tanya
“seperti yang pernah ku bilang, setelah mendapatkan sertifikan teknisi pesawat internasional, saya mengajukan diri ke Boeing, dan diterima” ada nada bahagia di suara Yandi “itu artinya saya tak bisa melanjutkan rencana kita Sar” Yandi melanjudkan.
Bagai puluhan ton batu kala itu memenuhi tubuh Sarah. Antara sesak nafas, kaget dan tak percaya tapi itu nyata.
“Tapi kenapa”
“Aku tak mau mengikatmu Sarah, aku melepaskanmu. Kalau berjodoh kita akan bertemu lagi” Itlah kata terakhir Yandi. Tak ada lagi telpon atau sms. Seolah Yandi menghilang begitu saja, membawa separuh hatinya

***
Sarah menunggu Yandi di sebuah café di Bandara. Terlihat dari kejauhan seseorang melihatnya dan mendekatinya. Dada Sarah bergetar kenjang. Bukankah itu Yandi, lelaki yang pernah membuatnya melambung tinggi dan kemudian menjatuhkan sampai berkeping. Dengan memakai jaket dan membawa koper serta ransel Yandi tak banyak berubah. Hanya kacamata yang membuat wajahnya lebih berwibawa.
“Assalamualaikum Sarah, sudah menunggu lama?” Sapa Yandi yang membuat Salah sedikit grogi. Suara itu masih sama tiga tahun lalu, lembut dan tegas.
“Waalaikumsalam Yandi, tidak kok. Silahkan..”Sarah mempersilahkan Yandi duduk.
Mereka berdua terdiam sedikit lama. Sarah yang sibuk dengan pikirannya dan Yandi yang berusaha menggerakkan tubuhnya setelah jetleg yang dialaminya.
“Mau makan apa?” Sarah menawarkan makan pada Yandi
“Soto ayam ajalah, sama seperti dulu” jawab Yandi. Dan Sarah athu kalau sejak dulu Yandi paling suka soto ayam.

Sambil makan mereka banyak berbicara tentang hal ringan. Dari aktivitas Sarah, cerita Yandi selama perjalanan hingga kerinduannya pada kampong halaman.
“Sarah, sebenarnya niat saya bertemu denganmu ingin kembali kepadamu” Suara Yandi yang tadi syik berbicara santai kemudian berubah serius. “Kau belum menikah kan Sarah?” tanya Yandi sambil memandangi jari tangan Sarah. Tak ada cincin melingkar di sana.

Sarah terdiam. Sudah di duga Sarah inilah sebenarnya tujuannya Yandi ingin bertemu dengan Sarah.

No comments:

Powered by Blogger.