Pada Batas Penantian Episode 2


Keyakinan pada cinta pandangan pertama tiap orang berbeda. Ada yang pernah merasakan dan kemudian berujung pada pelaminan. Ada yang menganggap pandangan pertama adalahs Sesutu yang tak mungkin merasakan cinta. Toh hanya memandangpun dengan curi- curi misalnya.

Berbeda dengan withing tresno jalaran soko kulino yang memang mengerti karakter seseorang. Tapi kembali lagi setipa orang bisa merasakan cara sjatuh cinta yang berbeda. Ada yang mudah sekali atau yang perluu perjuangan untuk mencinta.

Pertemuan Sarah dengan Lukman didampingi keluarganya berlangsung lancar. Meskipun ada kecanggungan antara Sarah dan Lukman tapi bisa dicairkan kehadiran Mbak Mira dan Mas Ilham. Demikian dengan ibu Sarah yang lebih banyak menanyakan kabar keluarga Lukman. Sebagai anak ketiga dari lima bersaudara banyak cerita yang bisa di jadikan bahan pertanyaan oleh ibu. Sementara Sarah lebih banyak diam, dan menanyakan beberapa pertanyaan yang memang ia ingin ketahui dari lelaki yang menjadi calon suaminya itu.

Lelaki itu sangat sederhana, piker Sarah. Dari cara berpakaiannya, pemikirannya dan juga visi misi hidupnya. Berbeda dengan dia yang begitu melihat ke depan. Visi misinya sangat jelas bahkan Sarah bisa seperti sekarang setidaknya dia juga menyumbangkan banyak ide brilian. Ah, kenapa jadi terpikir kembali dengan dia, piker Sarah. Bagaimanapun kisah tentangnya telah tertutup rapat bagi Sarah.

“ Sarah, gimana pendapatmu tentang Lukman?” Tanya Mbak Mira keesokan harinya.
“Entahlah Mbak, aku belum bisa memutuskan” jawab Sarah
“Mbak Mira paham Sarah, pikirkanlah dan jangan lupa juga minta petunjuk sang pemberi jodoh ya” kata Mbak Mira kalem.

Di kamarnya yang berukuran 3 x 3 meter Sarah banyak merenung. Tak biasanya dia gamang dalam memutuskan sesuatu. Sarah yang aktif di beberapa organisasi dan komunitas di kenal tegas dan berani oleh temannya. Di tempat kerjanya pun Sarah termasuk karyawan yang berani mengambil resiko jika apa yang dilakukkan diyakini benar. Namun kali ini ada seratus pertimbangan dan membuatnya pusing tujuh kelilling.
Sambil duduk diatas meja Sarah mencoret- coret tak jelas pada buku hariannya. Sebenanrnya pikirannya bukan tertuju pada buku di depannya tapi melayang kepada peristiwa lalu. Ya, saat untuk pertama kalinya Sarah Bertemu dengan Lukman.

No comments:

Powered by Blogger.