Rena dan Si Tudung Biru


Pagi itu mentari cerah menyinari. Bunga di taman mulai berkembang. Rumput hijau menghampar bak permadani. Hari itu hari minggu. Itu artinya taman ramai sejak pagi. Anak-anak juga asyik bermain di sana- sini. Seperti biasa Rena dan teman-temannya yang juga ikut bermain di sana.
“Ren, kemarin aku ketemu Si Tudung Tiru lagi” ucap Ika dengan serius.
“Terus, Ka” kata Rena tak sabar menunggu cerita Ika.
“Awalnya Si Tudung Biru duduk di depan rumahnya, tapi setelah melihat aku dia langsung masuk” ucap Ika yang sedikit kecewa.
Si Tudung Biru bagi anak di sekitar rumah Rena adalah misteri. Mereka tak pernah bertegur sapa dengan Si Tudung Biru. Tapi Rena memperkirakan si Tudung Biru berumur seusianya. Namun terlihat sekali badan Si Tudung Biru lebih kecil dan ringkih dibanding Rena dan teman-teman seusianya.

Si Tudung Biru sendiri merupakan julukan yang diberikan Rena terhadap seorang anak yang tinggal di rumah kontrakan diseberang taman. Nama sebenarnya pun mereka tak tahu. Karena baik si Tudung Biru maupun orang tuanya tak pernah bertegur sapa dengan tetangga. Tak berbeda dengan Rena, Ibu Rena juga tak banyak tahu tentang keluarga itu. Keluarga Si Tudung Biru seolah mengisolasi diri mereka dari lingkungannya. Mereka jarang sekali keluar rumah. Tapi bisa di pastikan seminggu dua kali dengan mobil tua keluarga Si Tudung Biru keluar rumah seharian. Baru sekitar jam Sembilan malam keluarga itu akan kembali ke rumah kontrakannya.

Sore itu Rena harus pulang telat dari sekolah. Kegiatan ekstra menari yang diikutinya sore itu gladi bersih. Besok Rena akan mengikuti kompetisi tarian daerah di kota kecamatan. Dengan mengayuh sepeda Rena bergegas. Tapi kemudian Rena terhenti saat melihat tubuh terkulai di depan rumah Si Tudung Biru. Rena bisa memastikan kalau itu adalah Si Tudung Biru. Dia pun berhenti dan berteriak dari luar pagar. Namun tak ada orang juga yang keluar dari rumah. Akhirnya Rena terpaksa memanjat pagar untuk bisa masuk dan memastikan kondisi Si Tudung Biru. Baru ketika Rena mendekati Si Tudung Biru dari luar pagar terdengar mobil tua menderu. Dua orang yang diketahui orang tua Si Tudung BIru keluar mobil dengan panik ketika melihat Rena yang berusaha menolong Si Tudung Biru.

Hari ini Rena banyak belajar dari Si Tudung Biru. Ternyata apa yang selama ini Rena sangka tentang Si Tudung Biru tidaklah benar. Kikan adalah nama Si Tudung Biru sebenarnya. Dia selalu memakai Tudung Biru karena rambutnya telah rontok akibat leukemia yang dideritanya. Pantas saja tubuhnya kecil sekali karena Kikan memang sedang menjalani kemoterapi. Seperti hari ini, ketika obat Kikan habis orang tuanya pergi ke kota untuk membelinya. Karena bosan di dalam rumah Kikan ingin jalan- jalan di depan rumah. Namun ternyata tubuhnya tidak kuat dan akhirnya pingsan.

“Bu, ternyata  Si Tudung Biru dan orang tuanya baik sekali” ucap Rena kepada ibunya setelah menceritakan kejadian yang Rena alaminya.
“Untuk itulah kita tak boleh mengatakan seseorang jahat sebelum mengenalnya” ibu Rena dengan sabar menjelaskan.
“Rena kira Si Tudung Biru tidak mau berteman dengan orang lain. Tapi ternyata karena kondisi badannya memang tidak boleh main ya” Rena menyesal telah menuduh jahad si Tudung Biru. Dan ibu membalas cerita Rena dengan anggukan.


Sejak hari itu Rena mengajak teman-temannya untuk sesekali bermain ke rumah Si Tudung Biru. Namun karena sakitnya semakin parah akhirnya Si Tudung Biru meninggal dunia. Rena dan teman-temannya pun sangat sedih. Dengan meninggalnya Si Tudung Biru rumah yang ada di seberang taman kembali kosong. Orang tua Si Tudung Biru kembali ke kotanya karena selesai sudah pengobatan yang dilakukan pada Si Tudung Biru.

No comments:

Powered by Blogger.