Ada Kejujuran Di Gerai Waralaba


Kisah ini bermula dari mudik ke Mbah Dok-nya Wan di Kediri. Biasanya jika kami lelah karena perjalanan, jalan terbaik adalah istirahat. Kala itu kami memilih untuk beristirahat di sebuah Masjid di Jombang. Setelah istirahat, sholat dhuhur, dan main- main dengan Wan kami segera meneruskan perjalanan kembali. Namun sebelum berangkat, kami baru menyedari tas ransel suami ternyata sudah
tak ada.


Saya sebagai wanita langsung saja panic. Selain tas itu merupakan kenang-kenangan jaman muda dulu juga pada isi di dalam tas. Terdapat laptop plus aneka charger, buku dan juga sarung pak Suami. Untung saja KTP, SIM, ATM dan uang tunai masih selamat karena berada di dompet. Sepanjang jalan saya menggerutu dengan “andaikan” sehingga tas tak akan hilang.

Tapi justru Pak Suami dengan santainya masih yakin tas itu akan kembali. Asumsinya kala itu ada orang ketika di masjid salah mengambil tas suami dianggap miliknya. Sebagai keyakinannya Pak Suami memebrikan tip pada pembaca masjid kali aja ada yang datang mengembalikan tas tersebut untuk minta menghubungi suami. Tindakannya Suami cukup membuat ramai masjid. Banyak pengunjung yang langsung mengvonis tas itu hilang diambil pencuri dan tak mungkin kembali. Apalagi di parkiran tempat kami menaruh kendaraan terdapat tulisan “Awas Maling” semakin membenarkan tindakan suami adalah sia-sia.

Sudah kebiasaan jika pulang kampung saya akan tinggal dahulu dan seminggu kemudian pak Suami akan menjemputnya.Ketika akan menjemput tiba- tiba kami ingat pernah istirahat di sebuah gerai waralaba yang di kenal dengan si kembar itu untuk membeli minuman. Kami sempat minum di depan gerai dan apada saat itulah kami ingat apa mungkin tas itu ketinggalan di sana. Pak Suami pun menghampiri ketika perjalanan menjemput saya di Kediri. Dan ternyata betul tas itu ketinggalan di sana dan di simpan oleh sang penjaga. Bahkan isi tas masih lengkap tanpa kekurangan suatu apapun. Sebagai ucapan terima kasih Suami memberikan tip, namun dengan halus ditolaknya karena katanya sudah kewajiban mereka menjaga barang kostumer yang ketinggalan.

Kisah kejujuran penjaga gerai waralaba bukan untuk pertama bagi kami. Biasanya di setiap gerai waralaba juga terdapat ATM dan kami lebih suka mengambilnya di sana. Sudah kejadian beberapa kali kartu ATM kami entah ketinggalan atau pernah juga ikut terbuang bersama struk ATM. Dan karyawan gerai itupun yang menyimpannya untuk kami.

Ada sebuah nilai dari cerita diatas bahwa kejujuran itupun masih ada di sana. Seandainya mereka tak jujur bisa saja dengan mudah menyangkal pertanyaaan suami dan menjual laptop dengan harga lumayan. Tapi ternyata tak mereka lakukan. Memilih untuk memegang kejujuran yang dewasa ini semakin langka.

No comments:

Powered by Blogger.