Pada Batas Penantian Episode 9

Sore itu rumah Joglo yang bercirikan khas Jawa terlihat menampakkan kesibukkannya. Tanaman yang tumbuh subur di depan rumah semakin cantik karena tertata rapi. Aneka bau makanan lezat membuat air liur keluar karena ingin segera menikmati. Anak kecil berlarian tanda ikut larut dalam kebahagian.
“cie.. yangbentar lagi menjadi Nyonya Lukman” Mbak Mira menggoda Sarah
“Apa sih Mbak Mira ini” jawab Sarah sambil pipinya bersemu merah
“Semoga acaranya lancer tak hanya nanti malam tapi sampai nanti ke pernikahan” Mas Ilham ikut berbincang
“Amiin” mereka serentak menjawabnya.

Kejadian itu kira- kira beberapa satu bulan yang lalu. Saat menunggu keluarga Lukman datang melamar Sarah pada malam harinya. Malam itu berjalan lancar dan diputuskan pernikahan Sarah dan Lukman sepakat untuk disegerakan. Yaitu dua bulan dua setengah bulan setelah lamaran.

Sejak pagi telpon Sarah berdering. Tapi karena kesibukan dengan pekerjaan dan juga mengurus beberapa administrasi untuk wisuda maka tak Sarah buka. Paling dari Mbak Mira yang tanya ini itu tentang pernikahan, atau dari Fida yang ccurhat galau karena sebentar lagi ditinggal Sarah menikah.

Ketika melihat kode telpon Sarah karena yang tertera +1 sekian-sekian Sarah sempat bertanya dari siapa telepon itu berasal. Bukan hanya sekali telpon itu memanggil tapi beberapa kali. Sebuah pesan dari nomer yang sama pun di buka Sarah.
Assalamualaikum Sarah, Ini Yandi. Tolong angkat telponnya
Tubuh Sarah bergetar membaca pesan tersebut. Terlebih ketika telepon kembali berbunyi dengan nomer yang sama. Setengah ragu Sarah mengangkat nomer telpon itu.
“Assalamualaikum”Sarah membuka telpon dengan bergetar
 “Waalaikumsalam, gimana kabarnya Sarah?” Yandi menyapa dengan suaranya yang khas, sama dengan tiga tahun lalu
“Alhamdulillah..” jawab Sarah. Tak banyak yang bisa dikatakan Sarah
Lelaki itu mengapa dia tiba-tiba datang ketika Sarah berusaha memulai kembali hidupnya tentang perasaan. Sarah bergulat dengan pikirannya. Tak terasa air matanya menetes entah sebagai tanda apa.
“Sarah, kamu masih di sana?” tanya Yandi tak mendengar suara Sarah beberapa saat.
“Iya” Sarah tersadar dari pikirannya
“Dua hari lagi aku akan pulang ke Indonesia, dan saya berharap bisa bertemu dengan mu Sarah” Suara Yandi serius

Sarah belum bisa memastikan tentang permintaan Yandi. Bagaimanapun hati Sarah menjadi gundah karena telpon tersebut. Rasanya ia ingin bertemu Yandi, tapi sekarang ada Lukman yang menjadi tunangannya. Permintaan Yandi Seperti buah simalakama yang membingungkan hatinya.

No comments:

Powered by Blogger.