Jika ada kata yang boleh terucap di antara rinai itu
Maaflah yang pertama
Bukan karena sebentuk salah
Atau sakit yg ku tinggal padamu
Tapi cinta telah menawan ku dalam kenangan

Kisah ini bermula dari mudik ke Mbah Dok-nya Wan di Kediri. Biasanya jika kami lelah karena perjalanan, jalan terbaik adalah istirahat. Kala itu kami memilih untuk beristirahat di sebuah Masjid di Jombang. Setelah istirahat, sholat dhuhur, dan main- main dengan Wan kami segera meneruskan perjalanan kembali. Namun sebelum berangkat, kami baru menyedari tas ransel suami ternyata sudah
tak ada.

“Bu, dimana bapak? tanya polos gadis kecil itu.
“Kerja Nak” jawaban ibu Nina sambil menyembunyikan butiran di sudut mata.
“Kapan pulang?” tanyanya lagi, tidak puas.
“Besok kalo kamu sudah besar” sambil  direngkuh Nina ke dalam pelukan ibunya, lama.

Lagi-lagi aku menemukan sunyi
Tak menemukan suara, apalagi manusia
Hanya kesunyian diantara waktu yang panjang
Kosong
Desa mati untuk sementara

Di sebuah desa hiduplah sepasang suami istri. Bagi yang memandangnya, kehidupan mereka  amatlah damai dan bahagia. Memiliki pasangan yang rupawan, harta yang berlimpah serta kekuasaan memerintah desa. Namun tak demikian yang dirasakan suami istri itu. Setelah lima belas tahun berumah tangga belum jua dikarunia buah cinta. Anak yang menjadi dambaan pasangan suami istri belum juga didapatkan. Segala usaha pun dilakukan, namun hasilnya nihil juga.

Pagi ini mentari cerah menyinari. Tanpa awan yang menutupi seperti tadi malam. Itu artinya aku bisa menjalankan misi yang lama ku tunggu. Memberikan ibu bunga ditepat ulang tahunnya. Meskipun bukan barang berharga tapi ibu pecinta bunga. Jadi pasti ibu bahagia merimanya.